BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di berbagai negara masalah penyakit
menular dan kualitas lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan masih
menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah bersama masyarakat
sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan
dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam penularan dan penyebaran
penyakit menular, baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi
dasar maupun akibat pencemaran lingkungan. Sehingga insidens dan prevalensi
penyakit menular yang berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih sangat
tinggi.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian
integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing Sumber Daya Manusia
Indonesia.
Kurang lebih sepertiga dari populasi dunia pernah
terinfeksi “M. tuberculosis.” Satu infeksi baru muncul setiap detik dalam skala
global. Bagaimanapun, kebanyakan infeksi oleh “M. tuberculosis” tidak
menyebabkan penyakit TB, dan 90–95% dari infeksi tetap asimptomatik. Pada
tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis aktif. Pada tahun
2010, terdapat 8,8 juta kasus baru TB yang didiagnosis, dan 1,45 juta kematian,
kebanyakan dari jumlah ini terjadi di negara-negara berkembang. Dari
seluruh 1,45 juta kematian, sekitar 0.35 juta terjadi pada penderita yang
juga terinfeksi HIV.
Tuberkulosis merupakan penyebab umum kematian yang
kedua yang disebabkan oleh infeksi (setelah kematian oleh HIV/AIDS). Angka
pasti dari kasus tuberkulosis ("prevalensi") sudah
menurun sejak tahun 2005. Kasus tuberkulosis baru ("kejadian")
telah menurun sejak tahun 2002. Cina khususnya telah menunjukkan kemajuan
yang luar biasa. Cina telah menurunkan laju kematian akibat TB mendekati 80%
antara tahun 1990 dan 2010. Tuberkulosis lebih umum muncul di negara
berkembang. Kurang lebih 80% dari populasi di berbagai negara Asia dan Afrika
memberikan tes tuberkulin positif, tetapi hanya 5–10% dari populasi di AS
memberikan hasil tes positif. Para ahli berharap bahwa TB dapat dikendalikan
secara penuh. Bagaimanapun, sejumlah faktor menyebabkan pengendalian TB menjadi
tidak mungkin. Vaksin yang efektif sangat sulit dikembangkan. Sangat mahal dan
memakan waktu lama untuk mendiagnosis penyakitnya. Pengobatan memerlukan waktu
beberapa bulan. Lebih banyak orang yang terinfeksi HIV menderita TB. TB yang
resisten terhadap obat muncul pada tahun 1980an.
Para
ahli percaya bahwa sepertiga populasi
dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dan
infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu detik. Pada
tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di tingkat
global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus
baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara
berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai
menurun semenjak tahun 2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis
tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara
di Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil
positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 5–10% saja yang menunjukkan hasil
positif. Masyarakat di dunia
berkembang semakin banyak yang menderita Tuberkulosis karena
kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka mengidap Tuberkulosis
akibat terinfeksi virus HIV dan
berkembang menjadi AIDS. Pada
tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita TB, tetapi
keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat-5 dunia.
Keadaan kesehatan lingkungan di
masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian,
karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Mobilitas dan
Peningkatan jumlah penduduk, penyediaan air bersih, Pemanfaatan Jamban, pengolalaan
sampah, pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, polusi udara,air dan tanah
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan Penyakit Menular. TB
umumnya merupakan penyakit pada orang yang lebih tua dan mereka dengan sistem
imun rentan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan penyakit Tuberkulosis?
2.
Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit Tuberkulosis?
3.
Apa saja yang menjadi tanda dan gejala dari penderita Tuberkulosis?
4.
Bagaimana cara penularan Tuberkulosis?
5.
Bagaimana cara mencegah tuberkulosis?
6.
Program-program puskesmas apa yang dapat mencegah terjadinya Tuberkulosis?
1.3 Tujuan
1. Agar kita mengetahui apa yang di maksud dengan
Tuberkulosis
2. Memahami faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya Tuberkulosis
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala dari
penderita Tuberkulosis
4. Mengetahui bagaimana cara penularan
Tuberkulosis
5. Mengetahui cara pencegahan Tuberkulosis
6. Mengetahui program apa yang di lakukan untuk
mencegah Tuberkulosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (Tuberculosis, disingkat Tbc), atau Tb
(singkatan dari "Tubercle bacillus") merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus
bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium
tuberculosis
(disingkat "MTb" atau "MTbc"). Tuberkulosis biasanya
menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada
bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang
dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka
melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh
kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak
diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Tuberkulosis
adalah penyakit yang di sebakan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari yang paling sering adalah
paru-paru dan organ di luar paru-paru seperti kulit, tulang, persendian,
selaput otak, usus serta ginjal yang sering di sebut dengan ekstrapulminal TBC.
2.2 Penyebab Terjadinya Tuberkulosis
a.
Mikobakteria
Penyebab
utama penyakit TB adalah Mycobacterium tuberculosis, yaitu sejenis basil aerobik kecil yang
non-motil. Berbagai karakter klinis unik patogen ini disebabkan oleh tingginya
kandungan lemak/lipid yang dimilikinya. Sel-selnya membelah setiap 16 –20 jam.
Kecepatan pembelahan ini termasuk lambat bila dibandingkan dengan jenis bakteri
lain yang umumnya membelah setiap kurang dari satu jam. Mikobakteria memiliki
lapisan ganda membran
luar
lipid. Bila dilakukan uji pewarnaan Gram, maka MTB akan
menunjukkan pewarnaan "Gram-positif" yang lemah atau tidak
menunjukkan warna sama sekali karena kandungan lemak dan asam mikolat yang tinggi pada
dinding selnya. MTB bisa tahan terhadap berbagai disinfektan lemah dan dapat
bertahan hidup dalam kondisi
kering
selama berminggu-minggu. Di alam, bakteri hanya dapat berkembang dalam sel inang organisme tertentu,
namun M. tuberculosis bisa dikultur di laboratorium.
Dengan
menggunakan pewarnaan histologis pada sampel dahak yang diekspektorat, peneliti dapat
mengidentifikasi MTB melalui mikroskop (dengan pencahayaan) biasa. (Dahak juga
disebut "sputum"). MTB mempertahankan warna meskipun sudah diberi
perlakukan larutan asam, sehingga dapat digolongkan sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Dua jenis
teknik pewarnaan asam yang paling umum yaitu: teknik pewarnaan
Ziehl-Neelsen,
yang akan memberi warna merah terang pada bakteri BTA bila diletakkan pada
latar biru, dan teknik pewarnaan
auramin-rhodamin
lalu dilihat dengan mikroskop fluoresen.
Kompleks
M. tuberculosis (KMTB) juga termasuk mikobakteria lain yang juga
menjadi penyebab TB: M. bovis, M. africanum, M. canetti, dan M. microti. M.
africanum tidak menyebar luas, namun merupakan penyebab penting
Tuberkulosis di sebagian wilayah Afrika. M. bovis merupakan penyebab
umum Tuberkulosis, namun pengenalan susu pasteurisasi telah berhasil
memusnahkan jenis mikobakterium yang selama ini menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara berkembang ini. M. canetti merupakan jenis
langka dan sepertinya hanya ada di kawasan Tanduk Afrika, meskipun beberapa
kasus pernah ditemukan pada kelompok emigran Afrika. M. microti juga
merupakan jenis langka dan seringkali ditemukan pada penderita yang mengalami
imunodefisiensi, meski demikian, patogen ini kemungkinan bisa bersifat lebih
umum dari yang kita bayangkan.
Mikobakteria
patogen lain yang juga sudah dikenal antara lain M. leprae, M. avium, dan M. kansasii. Dua jenis terakhir
masuk dalam klasifikasi "Mikobakteria
non-tuberkulosis"
(MNT). MNT tidak menyebabkan TB atau lepra, namun menyebabkan
penyakit paru-paru lain yang mirip TB.
b.
Faktor-faktor Resiko
Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa orang lebih rentan terhadap
infeksi TB. Di tingkat global, faktor resiko paling penting adalah HIV; 13% dari seluruh kasus TB ternyata terinfeksi
juga oleh virus HIV. Masalah ini umum ditemukan di kawasan sub-Sahara Afrika, yang angka HIV-nya
tinggi. Tuberkulosis terkait erat dengan kepadatan penduduk yang berlebihan
serta gizi buruk. Keterkaitan ini menjadikan TB
sebagai salah satu penyakit kemiskinan utama. Orang-orang
yang memiliki resiko tinggi terinfeksi TB antara lain: orang yang menyuntik
obat terlarang, penghuni dan karyawan tempat-tempat berkumpulnya orang-orang
rentan (misalnya, penjara dan tempat penampungan gelandangan), orang-orang
miskin yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan yang memadai, minoritas
suku yang beresiko tinggi, dan para pekerja kesehatan yang melayani orang-orang
tersebut. Penyakit paru-paru kronis adalah faktor resiko penting lainnya. Silikosis meningkatkan resiko hingga 30 kali
lebih besar. Orang-orang yang merokok memiliki resiko dua
kali lebih besar terkena TB dibandingkan yang tidak merokok. Adanya penyakit
tertentu juga dapat meningkatkan resiko berkembangnya Tuberkulosis, antara lain
alkoholisme/kecanduan
alkohol
dan diabetes
mellitus
(resikonya tiga kali lipat). Obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan infliximab (antibodi monoklonal anti-αTNF) juga
merupakan faktor resiko yang semakin penting, terutama di kawasan dunia berkembang. Meskipun kerentanan genetik juga bisa
berpengaruh, namun para peneliti belum menjelaskan sampai sejauh mana
peranannya.
2.3 Tanda dan Gejala Tuberkulosis
a. Gejala umum; Batuk terus menerus dan dan
berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
b. Gejala lain yang sering di jumpai;
-
Batuk darah
-
Dahak bercampur darah
-
Sesak napas dan rasa nyeri dada
-
Badan lemah
-
Nafsu makan menurun
-
Berat badan turun
-
Rasa kurang enak badan (malaise)
-
Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan
-
Demam meriang lebih dari sebulan
Gejala
klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis
dengan bercak
darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena
orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.)
Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi
(biasanya melalui sinar-X
dada) serta
pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten
bergantung pada tes
tuberkulin kulit/tuberculin skin test
(TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan
pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama. Orang-orang yang
melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua
orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil
Calmette–Guérin.
Dari
kelompok yang bukan pengidap HIV namun kemudian terinfeksi Tuberkulosis, 5-10%
di antaranya menunjukkan perkembangan penyakit aktif selama masa hidup mereka.
Sebaliknya, dari kelompok yang terinfeksi HIV dan juga terinfeksi Tuberkulosis,
ada 30% yang menunjukkan perkembangan penyakit aktif. Tuberkulosis dapat
menginfeksi bagian tubuh mana saja, tapi paling sering menginfeksi paru-paru
(dikenal sebagai Tuberkulosis paru). Bila Tuberkulosis berkembang di luar
paru-paru, maka disebut TB ekstra paru. TB ekstra paru juga bisa timbul
bersamaan dengan TB paru. Tanda dan gejala umumnya antara lain demam,
menggigil,
berkeringat di malam hari, hilangnya nafsu makan, berat badan turun, dan lesu Dapat pula terjadijari
tabuh yang
signifikan.
1. TB paru
Bila
infeksi Tuberkulosis yang timbul menjadi aktif, sekitar 90%-nya selalu
melibatkan paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain berupa nyeri dada dan batuk berdahak yang
berkepanjangan. Sekitar 25% penderita tidak menunjukkan gejala apapun (yang
demikian disebut "asimptomatik"). Kadangkala, penderita mengalami
sedikit batuk darah. Dalam kasus-kasus tertentu yang
jarang terjadi, infeksi bisa mengikis ke dalam arteri pulmonalis, dan menyebabkan
pendarahan parah yang disebut Aneurisma Rasmussen. Tuberkulosis juga
bisa berkembang menjadi penyakit kronis dan menyebabkan luka parut luas di
bagian lobus atas paru-paru. Paru-paru atas paling sering terinfeksi. Alasannya
belum begitu jelas. Kemungkinan karena paru-paru atas lebih banyak mendapatkan
aliran udara atau bisa juga karena drainase limfa yang kurang baik pada paru bagian atas.
2. TB ekstra paru
Dalam
15–20% kasus aktif, terjadi penyebaran infeksi hingga ke luar organ pernapasan
dan menyebabkan TB jenis lainnya TB yang terjadi di luar organ pernapasan
disebut "tuberkulosis ekstra paru". TB ekstra paru umumnya terjadi
pada orang dewasa dengan imunosupresi dan anak-anak. TB
ekstra paru muncul pada 50% lebih kelompok pengidap HIV. Lokasi TB ekstra paru
yang bermakna termasuk: pleura (pada TB pleuritis), sistem
saraf pusat
(pada meningitisTB), dan sistem kelenjar getah bening (pada skrofuloderma leher). TB ekstra
paru juga dapat terjadi di sistem urogenital (yaitu pada Tuberkulosis urogenital) dan pada tulang dan
persendian (yaitu pada penyakit Pott tulang belakang).
Bila TB menyebar ke tulang maka dapat disebut "TB tulang", yang
merupakan salah satu bentuk osteomielitis. Ada lagi TB yang
lebih serius yaitu TB yang menyebar luas dan disebut sebagai TB diseminata,
atau biasanya dikenal dengan nama Tuberkulosis Milier. Di antara kasus TB
ekstra paru, 10%-nya biasanya merupakan TB Milier.
2.4 Cara Penularan Tuberkulosis
Pada waktu batuk atau bersin,bernapas,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak)
terutama di daerah kumuh yang padat penduduk. Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau dropet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama
kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut
dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran napas atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita di tentukan
oleh banyaknya kuman yang di keluarkan oleh parunya. Maka tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), Maka penderita tersebut di
anggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB di tentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
2.5
Cara Pencegahan Tuberkulosis
Usaha-usaha pencegahan:
1.
Perbaikan kondisi sosial yang dapat meningkatkan risiko penularan seperti
perumahan yang sehat
2. Menyediakan vasilitas pelayanan kesehatan,
laboratorium dan X-ray
3. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang
bahaya dan cara penularan TBC
4. Terapi preventif dengan obat Isoniazid (INH)
pada TBC later dan orang yang mempunyai risiko tinggi tertular TBC
5. Pemberian vaksin BCG pada bayi yang baru
lahir
6. Pemeriksaan X-ray dan sputum pada kasus yang
mempunyai kelainan kronis pada pernapasan atau orang yang di curigai menderita
penyakit TBC
Usaha untuk mencegah dan mengontrol
tuberkulosis bergantung pada vaksinasi bayi dan deteksi serta perawatan untuk
kasus aktif. The World Health Organization (WHO) telah berhasil
mencapai sejumlah keberhasilan dengan regimen pengobatan yang dimprovisasi, dan
sudah terdapat penurunan kecil dalam jumlah kasus.
a. Vaksin
Sejak
tahun 2011, satu-satunya vaksin yang tersedia adalah
bacillus Calmette–Guérin (BCG). Walaupun BCG
efektif melawan penyakit yang menyebar pada masa kanak-kanak, masih terdapat
perlindungan yang inkonsisten terhadap TB paru. Namun, ini adalah vaksin yang
paling umum digunakan di dunia, dengan lebih dari 90% anak-anak yang mendapat vaksinasi. Bagaimanapun,
imunitas yang ditimbulkan akan berkurang setelah kurang lebih sepuluh tahun.
Tuberkulosis tidak umum di sebagian besar Kanada, Inggris Raya, dan Amerika
Serikat, jadi BCG hanya diberikan kepada orang dengan resiko tinggi. Satu
alasan vaksin ini tidak digunakan adalah karena vaksin ini menyebabkan tes kulit tuberlulin memberikan positif
palsu, sehingga tes ini tidak membantu dalam penyaringan penyakit. Jenis vaksin
baru masih sedang dikembangkan.
b. Kesehatan masyarakat
World
Health Organization (WHO) mendeklarasikan TB sebagai "emergensi kesehatan
global pada tahun 1993, Tahun 2006, Kemitraan Stop TB mengembangkan gerakan Rencana Global Stop
Tuberkulosis
yang ditujukan untuk menyelamatkan 14 juta orang pada tahun 2015. Jumlah yang
telah ditargetkan ini sepertinya tidak akan tercapai pada tahun 2015, sebagian
besar disebabkan oleh kenaikan penderita HIV dengan tuberkulosis dan munculnya
resistensi tuberkulosis multi-obat (multiple drug-resistant tuberculosis,
MDR-TB). Klasifikasi
tuberkulosis
yang dikembangkan oleh American Thoracic
Society
pada umumnya digunakan dalam program kesehatan masyarakat. Karena kuman TB ada
di mana-mana termasuk di Mal, Kantor dan tentunya juga di Rumah Sakit, maka
pencegahan yang paling efektif adalah Gaya Hidup untuk menunjang Ketahanan
Tubuh kita:
- Cukup gizi, jangan telat makan
- Cukup istirahat, jika capai istirahat
dulu
- Jangan Stres Fisik, capai berlebihan
- Jangan Stres Mental, berusahalah
berpikir positip dan legowo (bisa menerima)
- Makan makanan sehat
- Melindungi saluran pernapsan
- Pola hidup sehat
- Menjaga kebersihan
2.6 Program-Program Puskesmas
-
Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
-
Peningkatan imunisasi
-
Penemuan dan tatalaksana penderita
-
Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah
-
Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis atau yang lebih terkenal
dengan singkatan TBC adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis, biasanya menyerang paru-paru (TB paru), walaupun
pada beberapa kasus, organ-organ lain ikut terserang.
3.2 Saran
Program pemberantasan penyakit menular harus lebih
dititik beratkan khususnya di daerah-daerah yang masih ketinggalan akan arus
informasi, transportasi dan komunikasi. Selain penambahan jumlah tenaga kesehatan
serta fasilitas-fasilitas lainnya, peran serta masyarakat akan lebih baik dalam
memperhatian lingkungan dan kesehatannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chandra,
Budiman, Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia, Cetakan 2013, EGC Jakarta, 2012
Zulkoni,
Akhsin, Parasitologi, Cetakan 1, Nuha Medika, Yogyakarta, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar