BAB
III
PEMBAHASAN
I. KOMUNIKASI
BERDAMPAK = KOMUNIKASI PERSUASIF
2.1. Hakikat
tujuan komunikasi
Komunikasi bertujuan untuk mengirimkan
informasi. Jika komunikator mengirimkan pesan
maka diharapkan agar komunikan mengetahui pesan tersebut. Pesan yang bernuansa
pendidikan, dan diharapkan komunikasi dapat mempelajari informasi yang telah
diterima.
Komunikator mengirimkan pesan, baik sebagai
informasi, pendidikan, dan hiburan, untuk mempengaruhi sikap komunikan.
Perhatikan aktifitas komunikasi antara dokter dengan pasien. Pertama-tama,
dokter mungkin akan bertanya kepada pasien tentang gejala penyakit yang
dirasakan. Pasien akan bercerita mengenai gejala-gejala (simtomp) penyakit yang diderita. Setelah mendengarkan pasien,
dokter tidak langsung memberikan resep tetapi berdialog dengan pasien terlebih
dahul, dokter mengemukakan beberapa informasi yang berisi pendidikan, karena
dokter memberikan pengetahuan baru kepada pasien mengenai sumber, sebab, cara
pencegahan, dan pengobatan terhadap penyakit itu.
1. Komunikasi
persuasif
Sebagian besar komunikasi untuk memengaruhi audiens dengan menampilkan
komunikator, rancangan pesan, media yang dapat mempersuasi komunikan. Metode
persuasif dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya kampanye, promosi,
negosiasi, propaganda periklanan, penyuluhan, dan lain-lain.
ü Peranan
komunikator
Komunikasi
kesehatan yang efektif sangat tergantung dari karakteristik komunikator yang
memanipulasi pesan dan memanfaatkan media untuk mengalihkan pesan tersebut.
Makin meningkatnya daya tarik komunikator (ingat etos, patos, logoa), dia akan
makin diterima oleh komunikan audiens.
Komunikasi persuasif yang dapat memengaruhi sikap komunikasi sangat tergantung
dari perasan komunikator.
Kredibilitas komunikator saja rupanya
belum cukup. Berbagai penelitian dalam komunikasi (persuasif) menunjukan bahwa
rancangan pesan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap komunikan. Dalam
bab pesan telah dijelaskan bahwa struktur pesan, gaya pesan, dan daya tarik
pesan menentukan penerimaan audiens. Sebagai contoh, ada audiens yang
berpengaruh pada kekuatan argumentasi dari suatu pesan, berarti audiens yang
dipengaruhi oleh rancangan pesan kognitif (kalau begitu komunikator memainkan
pesan logos), namun ada audiens yang tak perduli dengan argumentasi karena dia
dipengaruhi oleh faktor daya tarik pesan (kalau begitu komunikator memainkan
patos).
ü Peranan
media
Apakah
audiens hanya dapat dipengaruhi oleh gridibilitas komunikator dan rancangan
pesan? Berbagai penelitian komunikasi (persuasif) menunjukan, jika komunikator
dapat memanipilasi pesan dan media, dia memengaruhi audiens dalam komunikasi
atara personal tatap muka hubungan antara komunikator dengan komunikan, secara
fisik, sangat dekat sehingga memungkinkan komunikasi menampilkan
kredipilitasnya secara total,memanipulasi pesan verbal dan diperkuat oleh
pesan-pesan non-verbal sebagai media sensoris. Demikian pula dalam gerakan,
dinamika, perulangan, kebaruan dll agar dapat mempengaruhi audiens.
ü Perana
audiens
Peranan
di atas menunjukan, akhirnya komunikasi persuasif itu sanggat di tentukan oleh
sikap audiens berubah atau bertahan. Mengapa? Karena hasil ahir dari komunikasi
persuasif itu tergantung dari saringan yang digunakan audiens, pengetahuan dan
perasaan audiens terhadap pesan yang dialikan komunikator melalui media
tertentu.
II.
GAMBARAN TENTANG SIKAP
Sering
anda di tanya, bagaimana sikap anda terhadap kepala Dinas Kesehatan kota
(sebagaimana di kutip surat kabar lokal) yang mengatakan bahwa pemerintah tidak
akan melakukan penyemprotan abate ke rumah penduduk ? jawaban dan kawan-kawan
anda bisa bervariasi, mulai dari “sangat setuju”sampai”sangat tidak setuju”.
Anda juga mungkin bisa “sangat setuju” atau”sangat tidak setuju” dengan
penyuluhan seks dilakukan oleh yayasan NUANSA MUDA kepada kelompok remaja di
desa kuanpoi,dll. Ini berarti anda mempunyai sikap, karena dengan itu anda
menyatakan suatu avaluasi sangat senang, ragu-ragu, atau mungkin tidak senang
atau sangat tidak senang dengan sikap kepala Dinas Kesehatan Kota atau yayasan
NUANSA MUDA itu.
Berkowitz
(1972) menemukan kurang lebih ada 30 definisi sikap yang berbeda-beda. Kata dia
: “sikap seseorang diarahkan ke suaut objek atau isu yang di dalamnya terungkap
perasaan seseorang mulai dari kurang menyenangkan sampai yang tidak
menyenangkan terhadap objek atau isu tertentu.
Baron
dan Byrne (1984: 126) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan perasaan, keyakina,
dan kecenderungan perilaku yang di arahkan kepada orang, gagasan, objek atau
kelompok tertentu.
Hovland,
Janis, dan Kelly (1953) yang meneliti banyak hal dalam fisikologi social
mengatakan bahwa yang terutama dalam sikap adalah perubahan sikap. Menurut
Hovland, perubahan pendapan menghasilkan perubahan sikap, dan ini sangat
tergantung dari ada atau tidak adanya genjaran yang diperoleh dari objek sikap.
Ini berarti, penerimaan suatu ide baru sangat tergantung dari insentif yang
diberikan oleh komunikator dalam proses komunikasi.
Heider (1958) yang mengembangkan balance theory of attitude mengatakan, ketika kepercayaan atau
keyakinan kita dalam keadan tidak seimbang, kita akan mengalami tekanan mengubah
sikap lalu berusaha mengubah tekanan itu. Ada dua faktor utama yang
mempengaruhi keseimbangan kita :
(1).Liking,opproving,admiring;
(2) Uniti ( e,g.,similarity, membership). Artinya keseimbangan kita akan terganggu kalau kita harus menentukan hal suka – tidak suka, dekat – jauh, melayani – tidak melayani, rasa bersatu – tidak merasa satu. Situasi kesemibangan dapat di ubah manakala sentiman kita terhadap suatu event berada dalam situasi positif maupun negatif. Suatu keadaan tidak seimbang hanya akan terjadi ketika salah satu diantaranya menjadi positif atau negatif.
(1).Liking,opproving,admiring;
(2) Uniti ( e,g.,similarity, membership). Artinya keseimbangan kita akan terganggu kalau kita harus menentukan hal suka – tidak suka, dekat – jauh, melayani – tidak melayani, rasa bersatu – tidak merasa satu. Situasi kesemibangan dapat di ubah manakala sentiman kita terhadap suatu event berada dalam situasi positif maupun negatif. Suatu keadaan tidak seimbang hanya akan terjadi ketika salah satu diantaranya menjadi positif atau negatif.
Dari
beberapa definisi tersebut, kita dapat mengatakan bahwa sikap merupakan
predisposisi mental indifidual mengefaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa
derajat yang disukai atau yang tidak di sukai secara umum, setiap indifidu
mempunyai sikap yang di fokuskan pada objek, orang atau institusi, bahkan
peristiwa. Kategori Demikianlah sikap juga menujukan kategori mental, bahwa
orintasi mental terhdap konsep, secara umum, dapat mengacu pada nilai tertentu.
2.2. Komponen sikap
Sikap
manusia tersusun oleh tiga komponen utama :
1.
Kognitif
Aspek
kognitif berisi apa yang diketahui mengenai suatu objek, bagaimana pengalaman
anda tentang objek tersebut, bagaimana pendapat atau pandangan anda tetang
objek tersebut. Aspek kognitif berkaitan dengan kepercayaan kita, teori,
harapan, sebab dan akibat dari suatu kepercayaan, dan persepsi relatif terhadap
objek tertentu.
2.
Afektif
Berisi apa yang anda rasakan
mengenai suatu objek; jadi, komponen afektif berisi emosi. Afektif sebagai
koponen afektif menunjukkan perasaan, respek atau perhatian kita terhadap objek
tertentu, seperti ketakutan, kasukaan, atau kemarahan.
3.
Konatif
Berisi predisposisi anda untuk
bertindak terhadap objek. Jadi berisi kecenderungan untuk bertindak
(memutuskan) atau bertindak terhadap objek, atau mengimplementasikan perilaku
sebagai tujuan terhadap obyek.
4.
Evaluatif
Evaluatif seringkali dipertimbangkan
sebagai inti dari tiga komponen sikap tersebut. Evaluatif dapat dibayangkan
dalam suatu rintangan mengambarkan derajat sikap terhadap obyek mulai dari yang
paling baik sampai yang paling buruk. Evaluatif merupakan fungsi kongnitif
afektif dan perilaku kita terhadap obyek. Pada umumnya, evaluatif dikeluarka
dari memori yang sudah tersimpan dalam otak kita ( kongnitif ).
2.3. Pengukuran sikap
Dalam semua studi
tentang yang bertujuan untuk mengetahui sikap seseorang terhadap suatu objek
tertentu (orang, kelompok, pendapat, isu, dan lain-lain), ketiga komponen sikap
itu selalu di cantumkan dalam daftar pertanyaan atau selalu dipercakapkan dalam
wawancara. Memang, sering kali orang bingung dalam praktek pengungkapan sikap,
artinya kapan membedakan sesuatu itu merupakan predisposisi kognitif, afektif
dan kognatif.
Thurstone(1928) dan Likert(1932) juga
berpandangan seperti itu, namun keduanya mendefinisikan sikap secara
operasional sehingga sikap dapat diukur. Likert kemudian memeperkenalkan skala
pengukuran yang telah di sebut skala likert.
2.4 Perubahan sikap
Jika kita sepakat
bahwa komponen sikap itu adalah kognitif, afektif, dan kognitif, maka perubahan sikap juga meliputi
perubahan terhadap tiga komponen itu dalam menentukan sikap (yang biasa
berakhir dengan suatu keputusan), maka tiga komponen itu bisa berkaitan satu
sama lain.
Ø Pendekatan Kognitif
Berdasarkan atribut, anda akan memberikan bobot, dari
bobot itu, anda akan mendapatkan peringkat, misalnya pendidikan (tinggi,
sedang, rendah), pengalaman (luas, sedang, dangkal), keterampilan (sangat,
cukup dan kurang tampil). model pendekatan ini mengarahkan anda untuk
memutuskan sesuatu berdasarkan retribusi kognitif (ada yang menyebutkan sebagai
thingking kognitif style dan decision makin model).
Ø Pendekatan Afektif
Pada tahap ini anda mengabaikan faktor pendidikan,
pengalaman dan keterampilan, yang mungkin saja dia berada pada peringkat
terbaik. tahap pendekatan ini, ada yang menyebutkan sebagai feeling cognitive style dan sel Condet models.
Ø Pendekatan Evaluatif
Sikap evaluatif merupakan “bungkusan” dari tiga komponen
sikap. Evaluasi dari orang lain akan membantu kita membuat keputusan lebih adil
dari pada memutuskan sesuatu berdasarkan kesan yang sesaat.
Ø Model Campuran
Model campuran adalah pendekatan antara kognitif-afektif
atau afektif-kognitif (catatan: urutan penulisan komponen menunjukan urutan
awal mendominasi urutan ke dua). dalam memutuskan sikap akhir terhadap objek
sikap. Model campuran memang mengandung konflik pilihan antara dua aspek
tersebut.
III. BEBERAPA
CONTOH PERUBAHAN SIKAP
Teori yang menjelaskan hubungan antara persuasi dengan
perubahan sikap, yaitu:
a. Teori Hirarki Belajar
b. Laboration Likelihoot Model
c. Reinforcement Theory
d. Information Manipulation Theory
e. Communitation Compotency
f. Health Believ Model
Teori komunikasi massa yang berkaitan dengan perubahan
sikap audiensi, yakni:
a. Teori Peluru (Bullet Theory)
b. Social Learning Theory
c. Social Expectations Theory
d. Theory of Selective Influence
Ø The individual
Defferences Theory
Ø The Social Defference Theory
Ø The Social Relationship Theory
Ø Media Depedency Theory
Ø Agenda Setting
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa promosi kesehatan, sebagai
sebuah alat, dapat di gunakan untuk membuat perubahan, perilaku maupun
kebijakan. antuk itu semua di perlukan motivasi yang tinggi, niat kuat, ketelatenan,
dan kesabaran, karena akan banyak hambatan yang akan di hadapi, mengingat
selama ini promosi kesehatan ini belum mendapatkan umpan balik yang maksimal
dari masyarakat. sehingga perlu usaha lebih ekstra dan maksimal untuk
mewujudkan perubahan perilaku yang di harapkan melalui adanya promosi
kesehatan.
4.2 Saran
Sebaiknya
terus di lakukan peningkatan promosi kesehatan, memperluas jaringan promosi
terutama daerah-daerah terpencil dan rakyat miskin, dan peningkatan sarana dan
prasarana oleh pemerintah dan instansi terkait demi mewujdkan Indonesia bersih
dan sehat 2010 hingga tahun-tahun ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Combs, James E & Dan Nimo, Propaganada baru (kediktatoran Perundingan dalam politik masa
kini), Remadja Rosdakarya, Bandung, 1993.
DeVito, Joseph A, Komunikasi
AntarManusia, Kuliah Dasar, Edisi Kelima edisi bahasa Indonesia,
Profesional Books, Jakarata, 1997.
Lileweri, Aloh,
Dasar-dasara Komunikasi Periklanan, Citra Aditia Bakti, Bandung, 1992.
Perspektif
Theoritis Komunikasi Antarpribadi, Citra
Aditia Bakti, Bandung, 1994.
Memahami Peran
Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, Citra
Aditia Bakti, Bandung, 1991.
Mardikanto, Toto, Penyuluhan
Pembagunan Pertanian, UNS Press, Surakarta, 1992.
Mulyana, Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar, Remadja Rosdakarya, Bandung, 2001.
Muzahan, Fauzi, Memperkenalkan
Sosiologi Kesehatan, UI press, Jakarta, 1995.
Oupen,
Manfert, Media Rakyat, Komunikasi Pengembangan Masyarakat, P3M, Jakarta, 1988.
Rogers, Everett, Komunikasi
dan Pembagunan (PerspefektifKritis), LP3ES, Jakarta, 1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar